Kajian Ahad Pagi PCM Ngawi: KHGT sebagai Kalender Pemersatu Umat

Kajian Ahad Pagi PCM Ngawi: KHGT Kalender Pemersatu Umat

Ahad, 20 Juli 2025 | Masjid Tamam Ali Hasan - PCM Ngawi

Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngawi kembali menyelenggarakan Kajian Ahad Pagi yang bertempat di Masjid Tamam Ali Hasan Jl. Barnadib No. 3 Ngawi. Kali ini, kajian menghadirkan narasumber Drs. Irfan Budi Kustanto, MA., dari Majelis Tarjih dan Tadjid PDM Ngawi dan seorang akademisi dan da’i yang aktif dalam dakwah dan kajian keislaman Muhammadiyah.

Sosialisasi Aplikasi MASA

Sebelum kajian dimulai, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngawi menyampaikan sosialisasi aplikasi MASA (Muhammadiyah All in System Application) yang diluncurkan oleh PP Muhammadiyah. Aplikasi ini memuat berbagai fitur digital termasuk KHGT, pengelolaan data, jadwal keislaman, dan keuangan amal usaha Muhammadiyah secara terintegrasi.

Kajian oleh Drs. Irfan Budi Kustanto, MA

Kajian utama disampaikan oleh Drs. Irfan Budi Kustanto, MA. Beliau mengawali ceramah dengan menyitir QS As-Sajdah ayat 4:

"Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain Dia seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS As-Sajdah: 4)

Ayat ini menjelaskan bahwa penciptaan langit dan bumi dilakukan dengan sistem dan ketetapan waktu yang pasti. Maka, sistem waktu dalam Islam juga harus berbasis perhitungan ilmiah, bukan sekadar tradisi lokal.

Landasan KHGT: QS Yunus Ayat 5

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (orbit) bagi bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)..." (QS Yunus: 5)

Dengan ayat ini, KHGT memiliki dasar syar’i dan ilmiah, yaitu penggunaan peredaran bulan secara astronomis (hisab hakiki) untuk menyusun kalender Islam yang bersifat global dan konsisten.

KHGT: Solusi Umat Islam Global

Menurut beliau, selama ini perbedaan awal Ramadhan dan Idul Fitri sering menimbulkan kebingungan dan perpecahan di tengah masyarakat. KHGT hadir sebagai solusi untuk menyatukan umat Islam dalam satu sistem kalender yang tunggal, pasti, dan berlaku secara internasional.

Setelah menjelaskan pentingnya KHGT sebagai kalender pemersatu umat, Drs. Irfan Budi Kustanto, MA. melanjutkan kajian dengan menyampaikan sejarah dan evolusi sistem hisab yang digunakan Muhammadiyah sejak awal berdirinya hingga saat ini. Penjelasan ini menjadi penting untuk memahami bahwa KHGT bukanlah sesuatu yang tiba-tiba hadir, melainkan hasil dari proses panjang ijtihad, kajian, dan penyempurnaan ilmiah dalam Muhammadiyah.


1. Tahun 1915: Hisab Awal Muhammadiyah

Pada awal berdirinya Majelis Tarjih, Muhammadiyah menggunakan hisab urfi sederhana yang didasarkan pada perhitungan rata-rata. Ini merupakan langkah awal untuk merumuskan penanggalan Islam berbasis ilmu.

2. Tahun 1927: Metode Imkanu Rukyah

Muhammadiyah mulai menerapkan metode imkanu rukyah (kemungkinan rukyah), yang artinya penetapan awal bulan dilakukan jika hilal mungkin bisa terlihat dengan kriteria tertentu.

3. Tahun 1937: Ijtimak Qobla al-Ghurub

Muhammadiyah memperkenalkan kriteria ijtimak sebelum matahari terbenam (ijtimak qoblal ghurub). Bulan baru dianggap telah masuk jika ijtimak (konjungsi) terjadi sebelum matahari tenggelam di lokasi tertentu.

4. Tahun 1939: Metode Wujudul Hilal

Mulai tahun ini, Muhammadiyah menggunakan sistem wujudul hilal secara resmi. Awal bulan dimulai jika terjadi:
  • Ijtimak sudah terjadi,
  • Saat maghrib bulan masih di atas ufuk (belum terbenam),
  • Terjadi sebelum matahari terbenam.

Penutup Kajian

Kajian ditutup dengan ajakan kepada seluruh jamaah agar:

  • Mendukung penerapan KHGT dalam kehidupan sehari-hari,
  • Menjadikan kalender Hijriah kembali hidup di tengah-tengah umat Islam.

PCM Ngawi | Dokumentasi Kajian Ahad Pagi | 2025

DAFTAR ISI

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Telegram
Share on Whatsapp
Tags :

0 comments:

Posting Komentar