Utamakan Akhlaqul Karimah

ARTIKEL



إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ

Sahabat elpedia... kata akhlak merupakan jamak dari kata khulq, yang mengandung pengertian sifat, tingkah laku, kepribadian atau perangai seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak atau perilaku yang baik dan mulia disebut akhlak karimah atau akhlak mahmudah. Sedangkan akhlak atau perilaku yang buruk disebut dengan akhlak sayyi'ah atau akhlak mazhmumah.

Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sudah seyogyanya kita harus memiliki akhlak dan kepribadian yang terpuji lagi mulia. Apalah artinya keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sedangkan akhlak dan kepribadian kita sama sekali tidak mencerminkan sebagai orang yang beriman dan bertaqwa. Sungguh amat merugilah orang-orang yang mengaku dirinya beriman namun kepribadiannya sangat buruk.

Karena sesungguhnya nilai keimanan dan ketaqwaan itu tidak hanya dipandang dari intensitas ibadahnya saja, melainkan dari segala aspek kehidupan, baik dalam ibadah, muamalah, syariah muasyarah (pergaulan) dalam masyarakat, dan lain sebagainya.

Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya." (QS. Al Baqarah ayat 208)

Dari ayat di atas, jelaslah sudah bahwa hakikat keimanan dan ketaqwaan seseorang tidak bisa terlepas dari adanya akhlak dan kepribadian yang mulia. Karena berakhlak mulia dan menjauhkan akhlak yang tercela seperti ghibah, sombong, dan lain sebagainya adalah salah satu bagian dari ajaran Islam yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dan bukankah Rasulullah SAW adalah seorang yang paling mulia akhlak dan kepribadiannya? Dan bukankah beliau diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia?

Jadi apalagi yang menjadi alasan kita untuk mengingkari pentingnya sebuah akhlak yang mulia, karena Rasulullah SAW telah diutus sebagai penyempurna akhlak kita. Sebagaimana sabda beliau berikut ini.

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ.

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurkan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad)

Sesungguhnya yang menentukan tinggi rendahnya martabat manusia baik di hadapan Allah taupun di hadapan makhluknya, adalah akhlak dan budi pekertinya yang luhur. Dan sungguh merupakan keasalahan yang sangat besar, bagi orang-orang yang menganggap bahwa kemuliaan dan kehormatan derajat manusia adalah ditentukan dari hartanya, jabatannya, kecantikannya, atau ketampanannya yang merupakan satu hal yang fana.

Tidak jarang orang yang martabat dan jabatannya tinggi namun tidak bermoral, dan tidak sedikit orang yang berwajah tampan dan cantik namun hatinya busuk. Maka, apakah orang-orang seperti mereka dapat dikatakan sebagai orang yang terhormat dan mulia? Oleh karena itulah hanya budi pekerti seseorang yang patut dijadikan sebagai tolak ukur martabat dan kehormatan seseorang. Karena sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini.

إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari no. 6035). Sebaik-baik manusia dalam hadis ini adalah tergantung akhlaknya kepada orang lain. Akhlak yang baik menjadi barometer untuk menjadi sebaik-baik manusia.

ARTIKEL LAINNYA





Jika berkenan, silahkan beri ulasan di kolom komentar. Terima Kasih.
Jika Sobat ingin membagikannya ke teman-teman, Silahkan KLIK TOMBOL BERBAGI DI BAWAH INI!

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Telegram
Share on Whatsapp
Tags :

0 comments:

Posting Komentar